MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI
Abdul Rahman/Ame' (Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik Parepare)
Kaum
intelektual dan agent of change itulah yang selalu di dengungkan kepada
kaum muda atau mahasiswa. Memandang situasi gerakan mahasiswa (dalam
hal ini konteks Indonesia) adalah suatu keharusan bagi kita yang
notabenenya adalah bagian atau termasuk sebagai kaum muda yang intelek.
Berbicara soal gerakan mahasiswa saat ini pastinya tidak bisa terlepas
dari sejarah mahasiswa dan gerakan mahasiswa itu sendiri, namun
sebelumnya kita mesti memahami apa itu gerakan mahasiswa. Gerakan
mahasiswa bisa di katakan kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam
maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan
kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang
terlibat di dalamnya. Namun itu bukan hanya sekedar meningkatkan
intelektualitas dan kecakapan semata, ada tujuan penting dari gerakan
mahasiswa itu sendiri yaitu pembebasan rakyat dari tirani.
Coba
kita flashback atau membuka kembali lembaran-lembaran sejarah tentang
gerakan mahasiswa khusunya Indonesia. Dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan
nasional, Gerakan Boedi Oetomo (1908) salah satu bukti betapa
berpengaruhnya mahasiswa ini dalam hal perkembangan bangsa. Kita tau
bahwa Gerakan ini didirikan oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga
pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan
keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang
ditampilkannya. Gerakan ini sangat memberikan pengaruh besar di
Indonesia dimana kita ketahui melahirkan pemuda-pemuda sampai sekarang
masih sering kita dengar bahkan di sebut sebagai guru bangsa, seperti
misalnya Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan Syahrir tentunya. bahkan
sampai pada pasca kemerdekaan Indonesia 1945 pun gerakan mahasiswa
(waktu itu masih di katakana pemuda) masih terbukti jelas masifnya
gerakan mereka. Walau berbagai asumsi lahir sekarang ini tentang
terkotak-kotakkannya juga gerakan mereka yang memang notabenenya gerakan
pemuda ke daerahan atau seperti organda yang kita kenal saat ini. Namun
itu jauh lebih baik jika di bandingkan dengan gerakan mahasiswa
sekarang yang justru lebih terkotak-kotaknya lagi, pragmatis, elitis,
dan eksklusif. Dan coba kita lihat juga prestasi yang di capai gerakan
mahasiswa dan rakyat pada saat penggulingan rezim dan system Orde baru
Soeharto. Walaupun lahir lagi sebuah asumsi yang menyatakan gerakan itu
bukanlah murni gerakan atas nama Rakyat Indonesia yang tertindas atas
Orba. Bahkan di katakan bahwa gerakan itu justru merupakan settingan
dari pelaku penjajahan gaya baru Indonesia itu sendiri atau yang kita
sebut Kapitalisme.
Jika kita melihat pemikiran dan perkembangan
secara individual mahasiswa sekarang memang tidak bisa di nafikkan bahwa
mereka memang pantas di daulat sebagai Agent Of change atau Social
Control. Namun kambali lagi bahwa bukan hanya konsep atau teori yang
kita butuhkan sekarang ini tapi justru lebih kepada implementasinya. Ada
pernyataan yang mengatakan bahwa 1 ons gerakan/implementasi lebih
berharga di bandingkan 100 kg konseptor. Dan itu yang benar-benar
terjadi di Indonesia saat ini, Indonesia bisa di bilang gudang para
konseptor karna memang pemikiran-pemikiran dan pembacaan situasi atau
geopolitiknya yang tajam dan jelas tapi semua itu tidaklah berguna jika
tidak ada gerakan nyata yang harus di lakukan mahasiswa sekarang ini.
Berbagai Macam Krakteristik Mahasiswa Saat ini
Memang jelas jika di katakan berbagai macam krakteristik mahasiswa,
karena memang mahasiswa sekarang ini sepertihalnya barang dagangan. Ada
yang berkualitas, sedang, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Penyakit
apatis dan hedon mungkin yang sangat urgen di miliki mahasiswa sekarang
ini. sudah banyaknya mahasiswa yang tidak tahu posisinya dan tidak
mampu membaca kondisi Indonesia saat ini yang sebenarnya telah mengalami
penjajahan gaya baru. Banyak hal memang yang mempengaruhi ke apatisan
dan hedonisme yang menggrogoti mahasiswa bahkan anggapan buruknya
tentang organisasi.
Disini saya lebih menekankan
mahasiswa untuk berorganisasi, dimana kita sendiri mengetahui bahwa
posisi dan kondisi yang saya maksud tadi akan tercipta dan lahir
kebenyakan karena dukungan organisasi atau orang yang berorganisasi.
Namun nyatanya ketakutan akan organisasi bahkan anti organisasi kini di
alami oleh sebahagian besar mahasiswa saat ini. contoh yang
mempengaruhinya adalah doktrin-doktrin regulasi kampus dan juga
pandangan buruk dari orang tua. Namun sebenarnya yang lebih fatal adalah
dari aktivis organisasi itu sendiri, karena nyatanya justru para
organisatorislah yang memang seakan memperlihatkan
keburukan-keburukannya otomatis paradigma buruk terhadap mahasiswa yang
berorganisasi jelas buruk pula di mata para orang tua dan mahasiswa yang
tidak berorganisasi. Terus apa gagasan untuk permasalahan seperti ini ?
jelas harus di jawab oleh para organisatoris tentunya.
Di masa
orde baru, organisasi-organisasi mahasiswa dicekal dengan berbagai cara
bahkan diskusi-diskusi forum mahasiswa juga sangat di haramkan karena di
takutkan mahasiswa mulai terfokus pada permasalahan-permasalahan
birokrasi pada waktu itu. Namun si penguasa jelas tidak tinggal diam
jika mahasiswa semakin gencar dengan gerakannya yang sudah mulai sadar
akan buruknya dan tertindasnya kita di zaman ordebaru. Maka di
kampus-kampus pada waktu itu sudah mulai di masuki oleh pihak militer
untuk malihat situasi dan kondisi mahasiswa dan juga menetapkan regulasi
kampus yang pro terhadap pemerintahan Soeharto. Kemudian ada juga
bentuk lain penggiringan mahasiswa itu untuk selalu terkungkung dalam
kampus dengan pengawasan regulasi dan militer, yaitu pembentukan NKK/BKK
(Normalisasi kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus. NKK/BKK
seakan menjadi obat bagi mahasiswa yang kehausan organisasi atau
aktivitas-aktivitas organisasi. NKK/BKK atau BEM dan HMJ yang kita kenal
sekarang (yang notabenenya organisasi internal kampus) bertujuan untuk
mengikat mahasiswa dan memberikan kesibukan-kesibukan yang hanya
mengurusi persoalan kampus semata, sehingga keeksistensian organisasi
eksternal kampus pun mulai hilang. Bahkan persoalan itu sampai sekarang
masih banyak di alami oleh mahasiswa yang seakan sibuk dengan organ
intra dan tak mau lagi menyentuh organ ekstra yang justru pembahasannya
lebih terfokuskan atau berorentasikan kehidupan Sosial, ekonomi,
politik, dan budaya.
Memberikan penyadaran terhadap posisi yang
semestinya di ketahui atau disadari oleh mahasiswa sekarang ini, dan
tulisan ini adalah salah satu dari cara penyadaran yang saya lakukan.
Saya sangat berharap kesadaran akan lahir di jiwa mahasiswa yang apatis,
hedonis, anti organisasi, bahkan yang berorganisasipun yang belum
menyadari semuanya.
Gerakan Mahasiswa Yang Pragmatis dan Eksklusif
Gerakan mahasiswa kini mungkin gencar kita lihat di media-media dan
lingkungan kita sendiri. Entah itu bersifat aktivitas internal bahkan
sampai pada gerakan yang turun ke jalan. Mahasiswa di identic dengan
Demonstrasi entah itu aksi damai ataupun yang bersifat frontal atau
barbar. Semua itu pastinya kembali lagi pada internal organisasi atau
mahasiswa itu sendiri. Tapi jujur terkadang pula semua itu karena adanya
pihak-pihak yang kontra terhadap gerakan mahasiswa atau demonstrasi
contohnya pihak media, yang dimana kita ketahui bahwa media-media
sekarang adalah milik pengusaha yang sudah termasuk pula dalam ruang
lingkup elit politik. Seperti MNC Group (Hari Tanoe), Metro TV (Surya
Palo), TV One (Abu Rizal Bakrie) dll. Mengapa saya mengatakan bahwa
terkadang media yang seakan memprovokasi dan menimbulkan pandangan buruk
terhadap aksi demonstrasi mahasiswa yang di identic dengan kekerasan.
Seperti halnya aksi-aksi yang sering terjadi di Makassar yang sering
kita lihat bentrok dengan polisi atau masyarakat tetapi sebenarnya yang
terjadi mahasiswa bentrok dengan preman sewaan polisi yang berpura-pura
sebagai warga setempat dan di media-media di beritakan bahwa mahasiswa
bentrok dengan masyarakat, sehingga pandangan buruk terhadap mahasiswa
semakin terbentuk dalam benak dan pikiran masyarakat atau orang tua
kita.
Kembali lagi kita memfokuskan tentang wacana
gerakan mahasiswa saat ini yang tak lagi massif tetapi justru pragmatis
dan eksklusif. Jika kita melihat dari factor keilmuan atau kapasitas
intektual mahasiswa sekarang, justru sangat meyakinkan bahwa mahasiswa
memang adalah Agent Of Change. Tapi mengapa demikian gerakan mahasiswa
kini masih saja stagnan dalam geraknya. Banyaknya macam organisasi
mahasiswa yang kini eksis di berbagai kampus membuat gerakan ini tak
mampu lagi menunjukkan tujuan ulung sebagai mahasiswa penyambung lidah
rakyat. Memang turun ke jalan adalah salah satu bentuk implementasi dari
kesadaran atau bentuk menuju perubahan, tapi apakah setelah itu nasib
rakyat Indonesia akan berubah ? jelas belum ! karena kenapa, kembali
lagi mereka hanya sekedar tau bahwa sekarang Indonesia telah di jajah
(kapitalisme) tanpa ada kesadaran yang timbul dari hati dan tidak
mampunya mahasiswa membuat strategi-strategi politik serta perubahan
nyata atau implementasi dari konsep matang atau bahkan sudah basi karena
terlalu lama tersimpan di kepala para mahasiswa ini, makanya tidak
heran jika di katakan mahasiswa kini hanya beronani dengan pikirannya
sendiri.
Gejala-gejala social yang kini sudah semakin
terlihat dan gerak-gerik sang penjajah kini sudah mulai di dengar dan di
lihat tapi seakan tidak ada yang berani untuk melakukan perlawanan
terhadap mereka. Kini mahasiswa hanya sibuk bergelut dalam ruang lingkup
internalnya masing-masing, terperangkap dalam tempurung dengan
menjalankan aktifitas yang kadang tidak produktif bahkan ada yang
membuat kesibukan kompetisi sesama kawan sendiri yang semestinya
dijalani dengan program bersama, sehingga suatu keniscayaan jika gerakan
mahasiswa sebagai insan intelektual terkungkung dalam keterpurukan. Dan
kemudian karena banyaknya bentuk dan pemikiran organisasi ini sehingga
menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang arogansi organisasinya tinggi
bahkan bersifat egois dan fundamental. Lain halnya permasalahan para
kaum muda lain pula halnya permasalahan atau pergolakan di ruang lingkup
si kaum borjuasi dan slingkuhannya pemodal asing. Dimana kita ketahui
bahwa Indonesia yang merupakan anggota dari WTO (world trade
organization) semakin terpuruk, semakin dimiskinkan itu semua
dikarenakan kepentingan-kepentingan serakah dari pemerintah atau
penguasa di Indonesia sendiri. Berbagai macam asumsipun lahir atau
prediksi-prediksi bahwa di tahun 2015 neoliberalisme real akan menjadi
system pasar di Indonesia. Walau sebenarnya neoliberalisme sudah lama
menghantui produksi ekonomi local Indonesia. Contohnya berbagai macam
usaha-usaha luar yang dengan bebas berdiri di berbagai daerah di
Indonesia yang jelas semua itu akan mematikan lokalitas ekonomi di
Indonesia tentunya. walau sebenarnya di setiap daerah ada regulasi atau
peraturan daerah yang mengaturnya, namun semua itu tak mampu menahan
keseimbangan antara pelaku usaha asing dan local di setiap daerah di
Indonesia. Pemerintah memang sudah tak mampu lagi berbuat apa-apa, bisa
di bilang kita hanya menunggu Indonesia di miliki oleh Negara-negara
adikuasa seperti USA. Jika seperti itu kita mesti harus kembali
membangunkan harimau-harimau forum agar mulai keluar dari sarangnya dan
mulai melakukan gerakan nyata bukan hanya bisanya obral teori semata.
perlawanan terhadap system kapitalisme mungkin sudah banyak di rancang
oleh berbagai organisasi mahasiswa atau elemen-elemen masyarakat
tertindas. Namun karena tidak menyatunya gerakan atau
terkoktak-kotakkannya gerakan sehingga tidak sampai pada hasil yang di
inginkan. Semua itu bukan hanya arogansi organisasi yang dimiliki
sebahagian besar para aktivis pro rakyat tapi juga keegoisan dari mereka
sendiri dan anggapan mereka atau yang menganggap bahwa mahasiswalah
satu-satunya yang mampu merubah Indonesia saat ini. sehingga menganggap
bahwa masyarakat yang awam (buruh, petani, dan miskin kota) harusnya
hanya tinggal diam dan menunggu nasibnya di rubah. Padahal kalau kita
melihat justru gerakan merekalah yang massif saat ini karena memang
mereka sudah terserikatkan dan semua itu karena kesadaran mereka yang
timbul karena memang merekalah yang lebih merasakan penindasan itu.
Andai jika gerakan persatuan mahasiswa dan elemen rakyat tertindas
lainnya menyatu untuk melakukan perlawanan, mungkin kita atau Indonesia
akan menuai harapan yang indah yaitu kesejahteraan.
Mahasiswa Saatnya Keluar Dari Sarangnya (Kampus)
Gerakan mahasiswa tak mampu lagi memperlihatkan kemassifannya di
karenakan berbagai macam persoalan seperti yang saya katakan di
penjelasan sebelumnya. Kunci satu-satunya untuk melakukan pembebasan
rakyat dari tirani adalah gerakan berbagai pihak dan elemen masyarakat
yang menyatu dalam satu gerakan nyata dengan satu tujuan yaitu
perlawanan terhadap kapitalisme dan memperoleh kesejahteraan sebagai
imbalan dari perlawanannya. Tapi jika melihat organisasi-organisasi saat
ini yang masih sibuk dengan internalnya dan maunya bergerak sendiri
tanpa adanya konsolidasi jelas tidak akan menuai hasil yang maksimal
atau sesuai dengan harapan Indonesia tentunya. maka perlu kiranya
mahasiswa sekarang ini keluar dari dalam kampus dalam artian mulai
terbuka dengan organisasi lainnya atau elemen-elemen masyarakat lainnya
dan membangun pandangan atas musuh bersama yaitu kapitalisme. Mungkin
kita semua tahu bahwa segala sesuatu atau hampir semua sector di
Indonesia kini telah di kapitalisasi bahkan pedesaan yang notabennya
pertahanan terakhir sudah mulai di rebut oleh pihak kapitalis, maka
perlu kiranya mahasiswa yang mempunyai waktu luang mulai meninggalkan
paradigma Agent Of Change (yang sebenarnya buatan rezim orba) dan tak
lagi menyombongkan diri sebagai satu-satunya agent atau yang mampu
malakukan perubahan. Mahasiswa harusnya mulai turun melakukan advokasi
terhadap masyarakat dan melakukan penyebarluasan kesadaran terhadap
rakyat tentang system hari ini yang kontra terhadap kesejahteraan
rakyat. Dan kemudian membangun gerakan nyata bersama semua elemen
masyarakat karna memang mahasiswa adalah kaum pelopor bagi agent of
change yaitu masyarakat. Masyarakatlah yang sebenarnya agent of change,
karena merekalah orang-orang yang telah memiliki kelas dan bersentuhan
langsung dengan proses kerja kapitalis dan mereka jugalah yang merasakan
penindasannya. Mahasiswa yang sebagai pelopor bagi masyarakat karena
dialah yang mempunyai waktu luang untuk memikirkan, merancang semua tapi
pelaku atau subyek perubahan itu adalah rakyat sendiri tentunya.
Saya sangat berharap mahasiswa mulai sadar akan posisi dan kondisi
negrinya saat ini yang di ambang kehancuran. Saatnya membuang semua
gengsi, arogansi organisasi, dan keegoisan sehingga dapat menyatukan
sentakan dan teriakan menuju cita-cita ulung semua masyarakat yang sadar
dan masyarakat yang rindu akan kesejahteraan. Perbedaan mamang jelas
dan akan selalu ada, bahkan perbedaanlah yang akan mempersatukan kita
untuk mencapai mimpi-mimpi indah kita bersama. Jangan sekali-kali
mengharapkan persatuan jika perbedaan engkau larang bahkan haramkan !
Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan
Salam Pelopor !!!