Minggu, 07 September 2014

RIWAYAT SINGKAT GUEVARA DAN REVOLUSI KUBA

RIWAYAT SINGKAT GUEVARA dan REVOLUSI KUBA  

  1928-1953
14 Juni 1928                Ernesto Guevara lahir di kota Rosario, Argentina, dari pasangan Ernesto Guevara
                                    Lynch dan Celia de la Serna; dia menjadi anak pertama dari lima bersaudara.
1945                                              Keluarga Guevara pindah ke Buenos Aires

Jumat, 05 September 2014

hari ini adalah hari jumat 05-09-2014, hari ini adalah hari dimana aku memperbaiki blog ku lagi dan merupakan hari ketiga. hari ini aku sangat senang karena yang kupakai perbaiki blog ku bukan lagi laptopnya orang tpi laptopku sendiri, kapankkkk... karena belum pi juga tentu kalau punyaku mhe ini laptop.. sorry ya saya cuman ngaku sedikit
nama saya siti nurahimah biasa dipanggil mimma atau siti. sekarang saya sudah berumur 15 tahun saya sekarang sudah menduduki bangku sekolah menengah atas kelas 2. sebenarnya sekarang saya tinggal dengan tanteku karena aku pergi untuk menuntut ilmu dimana aku sekarang tinggal.Aku sekolah di pesantren Al-ihsan DDI kanang

Minggu, 31 Agustus 2014

MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI

MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI 
Abdul Rahman/Ame' (Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik Parepare)

 

Kaum intelektual dan agent of change itulah yang selalu di dengungkan kepada kaum muda atau mahasiswa. Memandang situasi gerakan mahasiswa (dalam hal ini konteks Indonesia) adalah suatu keharusan bagi kita yang notabenenya adalah bagian atau termasuk sebagai kaum muda yang intelek. Berbicara soal gerakan mahasiswa saat ini pastinya tidak bisa terlepas dari sejarah mahasiswa dan gerakan mahasiswa itu sendiri, namun sebelumnya kita mesti memahami apa itu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa bisa di katakan kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Namun itu bukan hanya sekedar meningkatkan intelektualitas dan kecakapan semata, ada tujuan penting dari gerakan mahasiswa itu sendiri yaitu pembebasan rakyat dari tirani.
Coba kita flashback atau membuka kembali lembaran-lembaran sejarah tentang gerakan mahasiswa khusunya Indonesia. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, Gerakan Boedi Oetomo (1908) salah satu bukti betapa berpengaruhnya mahasiswa ini dalam hal perkembangan bangsa. Kita tau bahwa Gerakan ini didirikan oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Gerakan ini sangat memberikan pengaruh besar di Indonesia dimana kita ketahui melahirkan pemuda-pemuda sampai sekarang masih sering kita dengar bahkan di sebut sebagai guru bangsa, seperti misalnya Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan Syahrir tentunya. bahkan sampai pada pasca kemerdekaan Indonesia 1945 pun gerakan mahasiswa (waktu itu masih di katakana pemuda) masih terbukti jelas masifnya gerakan mereka. Walau berbagai asumsi lahir sekarang ini tentang terkotak-kotakkannya juga gerakan mereka yang memang notabenenya gerakan pemuda ke daerahan atau seperti organda yang kita kenal saat ini. Namun itu jauh lebih baik jika di bandingkan dengan gerakan mahasiswa sekarang yang justru lebih terkotak-kotaknya lagi, pragmatis, elitis, dan eksklusif. Dan coba kita lihat juga prestasi yang di capai gerakan mahasiswa dan rakyat pada saat penggulingan rezim dan system Orde baru Soeharto. Walaupun lahir lagi sebuah asumsi yang menyatakan gerakan itu bukanlah murni gerakan atas nama Rakyat Indonesia yang tertindas atas Orba. Bahkan di katakan bahwa gerakan itu justru merupakan settingan dari pelaku penjajahan gaya baru Indonesia itu sendiri atau yang kita sebut Kapitalisme.
Jika kita melihat pemikiran dan perkembangan secara individual mahasiswa sekarang memang tidak bisa di nafikkan bahwa mereka memang pantas di daulat sebagai Agent Of change atau Social Control. Namun kambali lagi bahwa bukan hanya konsep atau teori yang kita butuhkan sekarang ini tapi justru lebih kepada implementasinya. Ada pernyataan yang mengatakan bahwa 1 ons gerakan/implementasi lebih berharga di bandingkan 100 kg konseptor. Dan itu yang benar-benar terjadi di Indonesia saat ini, Indonesia bisa di bilang gudang para konseptor karna memang pemikiran-pemikiran dan pembacaan situasi atau geopolitiknya yang tajam dan jelas tapi semua itu tidaklah berguna jika tidak ada gerakan nyata yang harus di lakukan mahasiswa sekarang ini.

Berbagai Macam Krakteristik Mahasiswa Saat ini

            Memang jelas jika di katakan berbagai macam krakteristik mahasiswa, karena memang mahasiswa sekarang ini sepertihalnya barang dagangan. Ada yang berkualitas, sedang, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Penyakit apatis dan hedon mungkin yang sangat urgen di miliki mahasiswa sekarang ini. sudah banyaknya mahasiswa yang tidak tahu posisinya dan tidak mampu membaca kondisi Indonesia saat ini yang sebenarnya telah mengalami penjajahan gaya baru. Banyak hal memang yang mempengaruhi ke apatisan dan hedonisme yang menggrogoti mahasiswa bahkan anggapan buruknya tentang organisasi.
            Disini saya lebih menekankan mahasiswa untuk berorganisasi, dimana kita sendiri mengetahui bahwa posisi dan kondisi yang saya maksud tadi akan tercipta dan lahir kebenyakan karena dukungan organisasi atau orang yang berorganisasi. Namun nyatanya ketakutan akan organisasi bahkan anti organisasi kini di alami oleh sebahagian besar mahasiswa saat ini. contoh yang mempengaruhinya adalah doktrin-doktrin regulasi kampus dan juga pandangan buruk dari orang tua. Namun sebenarnya yang lebih fatal adalah dari aktivis organisasi itu sendiri, karena nyatanya justru para organisatorislah yang memang seakan memperlihatkan keburukan-keburukannya otomatis paradigma buruk terhadap mahasiswa yang berorganisasi jelas buruk pula di mata para orang tua dan mahasiswa yang tidak berorganisasi. Terus apa gagasan untuk permasalahan seperti ini ? jelas harus di jawab oleh para organisatoris tentunya.
Di masa orde baru, organisasi-organisasi mahasiswa dicekal dengan berbagai cara bahkan diskusi-diskusi forum mahasiswa juga sangat di haramkan karena di takutkan mahasiswa mulai terfokus pada permasalahan-permasalahan birokrasi pada waktu itu. Namun si penguasa jelas tidak tinggal diam jika mahasiswa semakin gencar dengan gerakannya yang sudah mulai sadar akan buruknya dan tertindasnya kita di zaman ordebaru. Maka di kampus-kampus pada waktu itu sudah mulai di masuki oleh pihak militer untuk malihat situasi dan kondisi mahasiswa dan juga menetapkan regulasi kampus yang pro terhadap pemerintahan Soeharto. Kemudian ada juga bentuk lain penggiringan mahasiswa itu untuk selalu terkungkung dalam kampus dengan pengawasan regulasi dan militer, yaitu pembentukan NKK/BKK (Normalisasi kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus. NKK/BKK seakan menjadi obat bagi mahasiswa yang kehausan organisasi atau aktivitas-aktivitas organisasi. NKK/BKK atau BEM dan HMJ yang kita kenal sekarang (yang notabenenya organisasi internal kampus) bertujuan untuk mengikat mahasiswa dan memberikan kesibukan-kesibukan yang hanya mengurusi persoalan kampus semata, sehingga keeksistensian organisasi eksternal kampus pun mulai hilang. Bahkan persoalan itu sampai sekarang masih banyak di alami oleh mahasiswa yang seakan sibuk dengan organ intra dan tak mau lagi menyentuh organ ekstra yang justru pembahasannya lebih terfokuskan atau berorentasikan kehidupan Sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Memberikan penyadaran terhadap posisi yang semestinya di ketahui atau disadari oleh mahasiswa sekarang ini, dan tulisan ini adalah salah satu dari cara penyadaran yang saya lakukan. Saya sangat berharap kesadaran akan lahir di jiwa mahasiswa yang apatis, hedonis, anti organisasi, bahkan yang berorganisasipun yang belum menyadari semuanya.

Gerakan Mahasiswa Yang Pragmatis dan Eksklusif

            Gerakan mahasiswa kini mungkin gencar kita lihat di media-media dan lingkungan kita sendiri. Entah itu bersifat aktivitas internal bahkan sampai pada gerakan yang turun ke jalan. Mahasiswa di identic dengan Demonstrasi entah itu aksi damai ataupun yang bersifat frontal atau barbar. Semua itu pastinya kembali lagi pada internal organisasi atau mahasiswa itu sendiri. Tapi jujur terkadang pula semua itu karena adanya pihak-pihak yang kontra terhadap gerakan mahasiswa atau demonstrasi contohnya pihak media, yang dimana kita ketahui bahwa media-media sekarang adalah milik pengusaha yang sudah termasuk pula dalam ruang lingkup elit politik. Seperti MNC Group (Hari Tanoe), Metro TV (Surya Palo), TV One (Abu Rizal Bakrie) dll. Mengapa saya mengatakan bahwa terkadang media yang seakan memprovokasi dan menimbulkan pandangan buruk terhadap aksi demonstrasi mahasiswa yang di identic dengan kekerasan. Seperti halnya aksi-aksi yang sering terjadi di Makassar yang sering kita lihat bentrok dengan polisi atau masyarakat tetapi sebenarnya yang terjadi mahasiswa bentrok dengan preman sewaan polisi yang berpura-pura sebagai warga setempat dan di media-media di beritakan bahwa mahasiswa bentrok dengan masyarakat, sehingga pandangan buruk terhadap mahasiswa semakin terbentuk dalam benak dan pikiran masyarakat atau orang tua kita.
              Kembali lagi kita memfokuskan tentang wacana gerakan mahasiswa saat ini yang tak lagi massif tetapi justru pragmatis dan eksklusif. Jika kita melihat dari factor keilmuan atau kapasitas intektual mahasiswa sekarang, justru sangat meyakinkan bahwa mahasiswa memang adalah Agent Of Change. Tapi mengapa demikian gerakan mahasiswa kini masih saja stagnan dalam geraknya. Banyaknya macam organisasi mahasiswa yang kini eksis di berbagai kampus membuat gerakan ini tak mampu lagi menunjukkan tujuan ulung sebagai mahasiswa penyambung lidah rakyat. Memang turun ke jalan adalah salah satu bentuk implementasi dari kesadaran atau bentuk menuju perubahan, tapi apakah setelah itu nasib rakyat Indonesia akan berubah ? jelas belum ! karena kenapa, kembali lagi mereka hanya sekedar tau bahwa sekarang Indonesia telah di jajah (kapitalisme) tanpa ada kesadaran yang timbul dari hati dan tidak mampunya mahasiswa membuat strategi-strategi politik serta perubahan nyata atau implementasi dari konsep matang atau bahkan sudah basi karena terlalu lama tersimpan di kepala para mahasiswa ini, makanya tidak heran jika di katakan mahasiswa kini hanya beronani dengan pikirannya sendiri.
            Gejala-gejala social yang kini sudah semakin terlihat dan gerak-gerik sang penjajah kini sudah mulai di dengar dan di lihat tapi seakan tidak ada yang berani untuk melakukan perlawanan terhadap mereka. Kini mahasiswa hanya sibuk bergelut dalam ruang lingkup internalnya masing-masing, terperangkap dalam tempurung dengan menjalankan aktifitas yang kadang tidak produktif  bahkan ada yang membuat kesibukan kompetisi sesama kawan sendiri yang semestinya dijalani dengan program bersama, sehingga suatu keniscayaan jika gerakan mahasiswa sebagai insan intelektual terkungkung dalam keterpurukan. Dan kemudian karena banyaknya bentuk dan pemikiran organisasi ini sehingga menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang arogansi organisasinya tinggi bahkan bersifat egois dan fundamental. Lain halnya permasalahan para kaum muda lain pula halnya permasalahan atau pergolakan di ruang lingkup si kaum borjuasi dan slingkuhannya pemodal asing. Dimana kita ketahui bahwa Indonesia yang merupakan anggota dari WTO (world trade organization) semakin terpuruk, semakin dimiskinkan itu semua dikarenakan kepentingan-kepentingan serakah dari pemerintah atau penguasa di Indonesia sendiri. Berbagai macam asumsipun lahir atau prediksi-prediksi bahwa di tahun 2015 neoliberalisme real akan menjadi system pasar di Indonesia. Walau sebenarnya neoliberalisme sudah lama menghantui produksi ekonomi local Indonesia. Contohnya berbagai macam usaha-usaha luar yang dengan bebas berdiri di berbagai daerah di Indonesia yang jelas semua itu akan mematikan lokalitas ekonomi di Indonesia tentunya. walau sebenarnya di setiap daerah ada regulasi atau peraturan daerah yang mengaturnya, namun semua itu tak mampu menahan keseimbangan antara pelaku usaha asing dan local di setiap daerah di Indonesia. Pemerintah memang sudah tak mampu lagi berbuat apa-apa, bisa di bilang kita hanya menunggu Indonesia di miliki oleh Negara-negara adikuasa seperti USA. Jika seperti itu kita mesti harus kembali membangunkan harimau-harimau forum agar mulai keluar dari sarangnya dan mulai melakukan gerakan nyata bukan hanya bisanya obral teori semata. perlawanan terhadap system kapitalisme mungkin sudah banyak di rancang oleh berbagai organisasi mahasiswa atau elemen-elemen masyarakat tertindas. Namun karena tidak menyatunya gerakan atau terkoktak-kotakkannya gerakan sehingga tidak sampai pada hasil yang di inginkan. Semua itu bukan hanya arogansi organisasi yang dimiliki sebahagian besar para aktivis pro rakyat tapi juga keegoisan dari mereka sendiri dan anggapan mereka atau yang menganggap bahwa mahasiswalah satu-satunya yang mampu merubah Indonesia saat ini. sehingga menganggap bahwa masyarakat yang awam (buruh, petani, dan miskin kota) harusnya hanya tinggal diam dan menunggu nasibnya di rubah. Padahal kalau kita melihat justru gerakan merekalah yang massif saat ini karena memang mereka sudah terserikatkan dan semua itu karena kesadaran mereka yang timbul karena memang merekalah yang lebih merasakan penindasan itu. Andai jika gerakan persatuan mahasiswa dan elemen rakyat tertindas lainnya menyatu untuk melakukan perlawanan, mungkin kita atau Indonesia akan menuai harapan yang indah yaitu kesejahteraan.

Mahasiswa Saatnya Keluar Dari Sarangnya (Kampus)
            Gerakan mahasiswa tak mampu lagi memperlihatkan kemassifannya di karenakan berbagai macam persoalan seperti yang saya katakan di penjelasan sebelumnya. Kunci satu-satunya untuk melakukan pembebasan rakyat dari tirani adalah gerakan berbagai pihak dan elemen masyarakat yang menyatu dalam satu gerakan nyata dengan satu tujuan yaitu perlawanan terhadap kapitalisme dan memperoleh kesejahteraan sebagai imbalan dari perlawanannya. Tapi jika melihat organisasi-organisasi saat ini yang masih sibuk dengan internalnya dan maunya bergerak sendiri tanpa adanya konsolidasi jelas tidak akan menuai hasil yang maksimal atau sesuai dengan harapan Indonesia tentunya. maka perlu kiranya mahasiswa sekarang ini keluar dari dalam kampus dalam artian mulai terbuka dengan organisasi lainnya atau elemen-elemen masyarakat lainnya dan membangun pandangan atas musuh bersama yaitu kapitalisme. Mungkin kita semua tahu bahwa segala sesuatu atau hampir semua sector di Indonesia kini telah di kapitalisasi bahkan pedesaan yang notabennya pertahanan terakhir sudah mulai di rebut oleh pihak kapitalis, maka perlu kiranya mahasiswa yang mempunyai waktu luang mulai meninggalkan paradigma Agent Of Change (yang sebenarnya buatan rezim orba) dan tak lagi menyombongkan diri sebagai satu-satunya agent atau yang mampu malakukan perubahan. Mahasiswa harusnya mulai turun melakukan advokasi terhadap masyarakat dan melakukan penyebarluasan kesadaran terhadap rakyat tentang system hari ini yang kontra terhadap kesejahteraan rakyat. Dan kemudian membangun gerakan nyata bersama semua elemen masyarakat karna memang mahasiswa adalah kaum pelopor bagi agent of change yaitu masyarakat. Masyarakatlah yang sebenarnya agent of change, karena merekalah orang-orang yang telah memiliki kelas dan bersentuhan langsung dengan proses kerja kapitalis dan mereka jugalah yang merasakan penindasannya. Mahasiswa yang sebagai pelopor bagi masyarakat karena dialah yang mempunyai waktu luang untuk memikirkan, merancang semua tapi pelaku atau subyek perubahan itu adalah rakyat sendiri tentunya.
            Saya sangat berharap mahasiswa mulai sadar akan posisi dan kondisi negrinya saat ini yang di ambang kehancuran. Saatnya membuang semua gengsi, arogansi organisasi, dan keegoisan sehingga dapat menyatukan sentakan dan teriakan menuju cita-cita ulung semua masyarakat yang sadar dan masyarakat yang rindu akan kesejahteraan. Perbedaan mamang jelas dan akan selalu ada, bahkan perbedaanlah yang akan mempersatukan kita untuk mencapai mimpi-mimpi indah kita bersama. Jangan sekali-kali mengharapkan persatuan jika perbedaan engkau larang bahkan haramkan !


Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan
Salam Pelopor !!!

Coretan Siswa Progresif




Coretan Siswa Progresif
Ame’ LeftRed 29/08/2014
Kali ini saya mencoba menuangkan secuil cerita tentang kisah kehidupan siswa progresif, mereka di sebut sebagai siswa progresif karena mereka merupakan anggota dari Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP) yahh walau kenyataannya pemikiran dan tindakan dari mereka masih jauh dari sikap keprogresifan yang mereka harapkan sendiri. Namun dengan keyakinan dialektika yang mereka yakini, mereka berharap akan menghasilkan suatu perubahan dan gerak positif dan sesuai syarat pensyaratan menjadi seorang siswa progresif.
Memulai dari kehidupan atau kegiatan-kegiatan ceremonial yang sering mereka lakukan saat berkumpul di istana tercinta atau sekretariat, dengan bermodalkan nekad dan dengan bertujuan mengikat kader-kader baru mereka, kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu menghasilkan akhir seperti yang di harapkan sebelumnya. Tak heran memang jika kegiatan ceremonial yang selalu mereka lakukan, pertama mereka jelas masih berstatus sebagai seorang siswa SMP dan SMA jadi sifat kekanak-kanakan jelas masih terbawa, namun dengan bimbingan dari kawan-kawan KPO PRP atau yang biasa mereka sebut kaum proletariat semoga keprogresifan yang di inginkan dapat mereka jadikan sebagai jati diri sebagai seorang siswa yang bergulat juga pada dunia akademis dan Organisasi. Bukan hal mengherankan jika kegiatan-kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu menyisakan banyak kerinduan, di karenakan kebersamaan yang coba mereka bangun betul-betul teraktualisasikan dalam kehidupan mereka.
Kegitan-kegiatan ceremonial yang biasa mereka lakukan untuk selalu mengaktifkan kader untuk tetap stay di sekretariat seperti misalnya rekreasi, makan-makan, dan ngumpul minum kopi dan bernostalgia mengingat perjuangan-perjuangan yang pernah mereka lakukan. Atau simplenya masyarakat sering menyebutnya dengan istilah “mangngacara”.
Jelas tidak mungkin menjadi seorang siswa yang progresif jika hanya mampu mengadakan kegitan-kegiatan ceremonial semata, maka mereka buktikan atau imbangi dengan kegiatan positif lainnya guna memperkuat idiologi atau intelektualitas serta keterampilan, mereka juga sering mengadakan pelatihan-pelatihan bagi kader dan siswa-siswa yang lain walau bukan anggota FKSP. Seperti misalnya pelatihan membuat Blog, belajar/kursus bahasa korea dan diskusi panel setiap tahunnya dengan mengundang beberapa sekolah yang ada di kota polewali mandar walau kegiatan tersebut sudah menjadi program kerja mereka dalam organisasi. Bukan hanya itu, dengan menjadwalkan 2 hari dalam seminggu mereka berkumpul beradu argument, berdiskusi dalam menyelesikan satu masalah.
Bukanlah siswa progresif jika hanya bergulat di luar sekolah, maka dari itu mereka juga meningkatkan keprogresifannya di lingkungan sekolah mulai dari keaktifan di dalam kelas saat belajar sampai kepada menguasai kepemimpinan siswa di sekolah masing-masing. Seperti keadaan yang terjadi di sekolah yang terletak di Kanang, desa batetangnga, kalau melihat dari sejarah kepemimpinan siswa di sekolah tersebut hampir semua yang pernah menjabat sebagai President siswa semuanya dari Forum Komunikasi Siswa Progresif. Karena dengan TRILOGI atau Belajar berorganisasi dan berjuang yang telah menjadi pedoman mereka selalu membuktikan bahwa mereka benar-benar pantas di sebut sebagai siswa Progresif. Dinamika dalam berorganisasi jelas mereka akan dapatkan, seperti dengan keterbatasan finansial yang kemudian menghambat mereka dalam mengembangkan diri. Namun mereka selalu bisa melewati dengan kesabaran yang teguh dan penuh keyakinan. Bukan siswa progresif namanya jika melewati hari-hari dengan simple dan enteng-enteng saja, justru jika dengan banyaknya masalah yang mereka hadapi, mereka berharap dapat menuai pembelajaran dari masalah tersebut. Dikucilkan, yaaa... itu juga menjadi salah satu masalah yang serius yang selalu mereka hadapi, di kucilkan dalam lingkungan masyarakat bukan karena kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selalu bernilai negatif namun justru adanya ketidak sepahaman dengan para orang tua kami sehingga lahirlah anggapan buruk dan justifikasi yang menjadi paradigma bagi sebahagian masyarakat dalam memandang mereka, namun sekali lagi mereka dengan sigap dan tegar menghadapi semuanya dan selalu mencoba membuktikan bahwa anggapan-anggapan buruk masyarakat itu adalah sebuah kesalahan yang fatal. Namun dengan melihat situasi dan kondisi serta posisi mereka, sungguh seuatu yang lebih salah lagi jika langsung frontal melawan semua itu. Kemudian di kucilkan di sekolah, justru menjadi senjata ampuh bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka tidak seperti yang orang lain pikirkan. Terbukti dengan prestasi-prestasi yang selalu mereka torehkan di dalam maupun diluar sekolah.
Jati diri yang jelas masih remaja, mereka juga selalu memperlihatkan kehidupan-kehidupan romantismenya. Sesuatu hal yang wajar memang. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa romantisme adalah bumbu-bumbu Revolusi. Kisah romantisme atau asmara yang sering menjadi taktik dalam merekrut atau mengorganisir anggota baru juga menjadi secuil cerita mereka dalam berorganisasi. Memacari anggota lain pun tak terelakan sering mereka lakukan. Namun kesalahan ketika hal tersebut mereka budayakan adalah pemikiran yang masih remaja belum mampu menilai kondisi jika harus bermasalah dalam urusan pribadi/asmara mereka juga sering libatkan atau mereka bawa juga dalam persoalan organisasi, misalnya ketika mereka putus hubungan dalam berpacaran, salah satu dari mereka pastinya merasa enggan untuk bergabung lagi di organisasi. Mungkin merasa malu kepada sang mantan atau justru memendam rasa benci karna putusnya hubungan. Kelucuan-kelucuan kisah romantisme mereka juga membawa nilai-nilai kebersamaan, seperti di saat mereka mengalami masalah dalam berpacaran, biasanya mereka diskusikan dalam organisasi. Begitu juga ketika memendam rasa sayang kepada salah satu anggota lain atau orang yang di luar dari pada FKSP selalu mereka bicarakan secara serius namun tetap ada bumbu-bumbu candaan di dalamnya.
Masih banyak cerita dan keseruan yang perlu di tuangkan dalam coretan-coretan kata, namun kali ini saya hanya bisa menungkit dan menceritakan sedikit saja kisah dari sisi kehidupan siswa progresif. Maka dari itu nantikan coretan-coretan selajutnya atau edisi-edisi berikutnya dengan kisah atau cerita yang tak kala menariknya. Tetap semangat saya pesankan kepada mereka siswa progresif semoga dalam menjalani kehidupan dengan belajar berorganisasi dan berjuang dapat menuai perubahan besar seperti yang di impikan bersama, dan tetap menjadikan semua orang Guru, dan alam raya sebagai sekolah.
Terima kasih    

Jumat, 29 Agustus 2014

pada masa remaja kita biasanya suka bermimpi dengan impian dan cita-cita yang tinggi tapi karena berbagai alasan dan keadaan yang tidak mendukung sehingga kita rela melepaskan semua impian-impian tersebut tpi ketahuilah para sahabatku itu adalah tindakan yang kurang baik karena yang sebaiknya yang kau lakukan ialah tetap mempertahankan impian tersebut dan membuat dirimu pantas akan cita-cita dan impianmu itu sobat.

pendidikan



Logika ini sengaja kutuangkan dalam sebuah coretan yang tentunya sebagai luapan ke cemasanku terhadap pendidikan, ku sadari tulisan ini masih sangat subjektif karena tulisan ini tercipta tidak melalui dengan hasil kajian-kajian ilmiah dan tidak melalui perdebatan yang panjang, karena tulisan ini hanyalah sebuah keluh kesahku terhadap dunia pendidikan yang tentunya akan sangat mempengaruhi masa depan ummat manusia. Penulis hanya mengambil pengalaman pribadi yang kutemukan diberbagai tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah menjadi hal yang sangat penting untuk melangsungkan hidup manusia, sekolah tidak hanya bicara bagaimana memanusiakan manusia tapi sekolah juga harus mampu membawa dan merubah dunia ini Menjadi dunia yang lebih Baik. Untuk itu untuk mewujudkan hak tersebut maka sekolah sudah seharusnya diajarkan bagaimana merubah tatanan ini yang hancur menjadi tatanan yang lebih baik, bukan sekolah yang tidak mencerdaskan anak didik, bukan sekolah untuk mencari keuntungan sehingga yang terjadi adalah tujuan dari pada sekolah itu keluar dari jalur rel yang sudah ditentukan sehingga yang terjadi adalah pembodohan yang terorganisir dalam sekolah.
Sekolah Dewasa ini selalu diajak untuk bisa tunduk dan patuh kepada aturan yang ada tampa diajarkan bagaimana menjadi manusia yang kritis, kritis bukan berarti melawan, kritis adalah menyatakan salah dan memberikan jalan lain yang tentunya dengan logika yang masuk akal. Menyatakan tidak sepakat tampa disertai dengan penjelasan yang ilmiah itu bukan bagian dari pada kritis. Karena banyak sekolah ditemukan membuat aturan yang tidak mengikutkan partisifasi dan keikut sertaan siswa dalam membuat sebiah kebijakan padahal metode yang demikian adalah bagian dari pada pengaburan Demokrasi dalam bernegara. Sehingga yang terjadi budaya BOSAN dan Malas selalu datang menghantui setiap saat ke peserta didik
Tawuran, tradisi bolos, miras, sexs bebas, narkoba adalah bagian dari pada luapan emosi siswa yang sebenarnya tidak terpasilitasinya dalam hal pendidikan. Peserta didik tidak dilihat dari pada bagian yang punya pengetahuan untuk dikembangkan tapi peserta didik dilihat sebagai bayi yang baru lahir yang harus disuap ilmu pengetahuan masuk dalam kepalanya, sehingga yang terjadi adalah sebuah bentuk pendidikan yang tidak akan mampu mengangkat kwalitas pendidikan menjadi lebih baik, karena metode yang diajarkan dalam ini adalah sebuah metode yang sifatnya tidak mendidik dan mencerdaskan. Biarkan lah para peserta didik di ikutkan dalam pengambilan keputusan dalam membuat sebuah kebijakan agar mereka bisa menentukan nasip mereka sendiri dan mereka juga memahami arti pentingnya dari pad sebuah Demokrasi. Karena kulikulum membahas demokrasi tapi metode demokrasi tidak pernah dibumikan disekolah inilah  yang aku sebut dengan sekolah yang tidak kemanusiaan karena sekolah yang seharusnya memberikan gambaran demokrasi tapi mereka juga tidak melaksanakanya seakan-akan demokrasi ini adalah demokrasi yang UTOPIS, sehingga jangan heran dikalau banyak manusia yang tidak percaya dengan teori karena memang kita tidak pernah diajarkan bagaimana membuktikan teori tersebut atau membumikan teori.
Kurikulum yang ada hari ini tidak jauh beda dengan sisi-sisi lain yang sama-sama tidak bisa dijadikan sebagai tonggak kecerdasan bisa dibayangkan dalam peraturan Menteri Pendidikan sekolah harus sudah sampai jam 15 : 00 adalah bagian dari pada bentuk keputusan yang amat keliru karena pemerintah hanya melihat dari pada jumlah jam pelajaran bukan dilihat dari pada kwalitas pengajaran itu banyak negara-negara yang masuk dalam kategori sekolah terbaik di dunia tidak sampai jam 03 sore pendidikanya hal ini disebabkan karena kwalitas mengajar dari guru tersebut benar-benar teruji karena biarpun sampai 24 jam pelajaran kalau memang metode pengajaran yang tidak direnovasi maka sudah dipastikan tidak akan pernah membawa sekolah ini menjadi sekolah yang mampu menjadikan manusia untuk kemanusiaan.
Sekolah yang tidak bervisi kemanusiaan atau ILMIAH  maka akan sangat sulit untuk mencerdaskan peserta didik karena dengan tidak membumikan Ilmu yang didapat maka dalam keseharianya sama halnya pengamalan teori tidak ada klu teori tidak diamalkan maka sama dengan tidak bertindak atas dasar Kemanusiaan. Pendidikan yang ketika hanya dilihat dari pada jumlah atau kwantitas maka akan sangat keliru untuk mengangkat kwalitas pendidikan menjadi pendidikan untuk kemanusiaan, karena kwantitas dan kwalitas harus dilihat sebagai 2 mata koin yang sama bukan berbeda.
 oleh 

Muhammad Jabbar 
(pernah menjadi Ketua.forum komunikasi siswa progresif)