Logika ini
sengaja kutuangkan dalam sebuah coretan yang tentunya sebagai luapan ke cemasanku
terhadap pendidikan, ku sadari tulisan ini masih sangat subjektif karena
tulisan ini tercipta tidak melalui dengan hasil kajian-kajian ilmiah dan tidak
melalui perdebatan yang panjang, karena tulisan ini hanyalah sebuah keluh
kesahku terhadap dunia pendidikan yang tentunya akan sangat mempengaruhi masa
depan ummat manusia. Penulis hanya mengambil pengalaman pribadi yang kutemukan
diberbagai tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah menjadi
hal yang sangat penting untuk melangsungkan hidup manusia, sekolah tidak hanya
bicara bagaimana memanusiakan manusia tapi sekolah juga harus mampu membawa dan
merubah dunia ini Menjadi dunia yang lebih Baik. Untuk itu untuk mewujudkan hak
tersebut maka sekolah sudah seharusnya diajarkan bagaimana merubah tatanan ini
yang hancur menjadi tatanan yang lebih baik, bukan sekolah yang tidak
mencerdaskan anak didik, bukan sekolah untuk mencari keuntungan sehingga yang
terjadi adalah tujuan dari pada sekolah itu keluar dari jalur rel yang sudah
ditentukan sehingga yang terjadi adalah pembodohan yang terorganisir dalam
sekolah.
Sekolah Dewasa
ini selalu diajak untuk bisa tunduk dan patuh kepada aturan yang ada tampa
diajarkan bagaimana menjadi manusia yang kritis, kritis bukan berarti melawan,
kritis adalah menyatakan salah dan memberikan jalan lain yang tentunya dengan
logika yang masuk akal. Menyatakan tidak sepakat tampa disertai dengan
penjelasan yang ilmiah itu bukan bagian dari pada kritis. Karena banyak sekolah
ditemukan membuat aturan yang tidak mengikutkan partisifasi dan keikut sertaan
siswa dalam membuat sebiah kebijakan padahal metode yang demikian adalah bagian
dari pada pengaburan Demokrasi dalam bernegara. Sehingga yang terjadi budaya
BOSAN dan Malas selalu datang menghantui setiap saat ke peserta didik
Tawuran, tradisi
bolos, miras, sexs bebas, narkoba adalah bagian dari pada luapan emosi siswa yang
sebenarnya tidak terpasilitasinya dalam hal pendidikan. Peserta didik tidak
dilihat dari pada bagian yang punya pengetahuan untuk dikembangkan tapi peserta
didik dilihat sebagai bayi yang baru lahir yang harus disuap ilmu pengetahuan
masuk dalam kepalanya, sehingga yang terjadi adalah sebuah bentuk pendidikan
yang tidak akan mampu mengangkat kwalitas pendidikan menjadi lebih baik, karena
metode yang diajarkan dalam ini adalah sebuah metode yang sifatnya tidak
mendidik dan mencerdaskan. Biarkan lah para peserta didik di ikutkan dalam
pengambilan keputusan dalam membuat sebuah kebijakan agar mereka bisa menentukan
nasip mereka sendiri dan mereka juga memahami arti pentingnya dari pad sebuah
Demokrasi. Karena kulikulum membahas demokrasi tapi metode demokrasi tidak
pernah dibumikan disekolah inilah yang
aku sebut dengan sekolah yang tidak kemanusiaan karena sekolah yang seharusnya
memberikan gambaran demokrasi tapi mereka juga tidak melaksanakanya seakan-akan
demokrasi ini adalah demokrasi yang UTOPIS, sehingga jangan heran dikalau
banyak manusia yang tidak percaya dengan teori karena memang kita tidak pernah
diajarkan bagaimana membuktikan teori tersebut atau membumikan teori.
Kurikulum yang
ada hari ini tidak jauh beda dengan sisi-sisi lain yang sama-sama tidak bisa
dijadikan sebagai tonggak kecerdasan bisa dibayangkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan sekolah harus sudah sampai jam 15 : 00 adalah bagian dari pada
bentuk keputusan yang amat keliru karena pemerintah hanya melihat dari pada
jumlah jam pelajaran bukan dilihat dari pada kwalitas pengajaran itu banyak
negara-negara yang masuk dalam kategori sekolah terbaik di dunia tidak sampai
jam 03 sore pendidikanya hal ini disebabkan karena kwalitas mengajar dari guru
tersebut benar-benar teruji karena biarpun sampai 24 jam pelajaran kalau memang
metode pengajaran yang tidak direnovasi maka sudah dipastikan tidak akan pernah
membawa sekolah ini menjadi sekolah yang mampu menjadikan manusia untuk
kemanusiaan.
Sekolah yang
tidak bervisi kemanusiaan atau ILMIAH maka akan sangat sulit untuk mencerdaskan
peserta didik karena dengan tidak membumikan Ilmu yang didapat maka dalam
keseharianya sama halnya pengamalan teori tidak ada klu teori tidak diamalkan
maka sama dengan tidak bertindak atas dasar Kemanusiaan. Pendidikan yang ketika
hanya dilihat dari pada jumlah atau kwantitas maka akan sangat keliru untuk
mengangkat kwalitas pendidikan menjadi pendidikan untuk kemanusiaan, karena
kwantitas dan kwalitas harus dilihat sebagai 2 mata koin yang sama bukan
berbeda.
oleh
Muhammad Jabbar
(pernah menjadi Ketua.forum komunikasi siswa progresif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar