Jumat, 29 Agustus 2014

pendidikan



Logika ini sengaja kutuangkan dalam sebuah coretan yang tentunya sebagai luapan ke cemasanku terhadap pendidikan, ku sadari tulisan ini masih sangat subjektif karena tulisan ini tercipta tidak melalui dengan hasil kajian-kajian ilmiah dan tidak melalui perdebatan yang panjang, karena tulisan ini hanyalah sebuah keluh kesahku terhadap dunia pendidikan yang tentunya akan sangat mempengaruhi masa depan ummat manusia. Penulis hanya mengambil pengalaman pribadi yang kutemukan diberbagai tempat dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah menjadi hal yang sangat penting untuk melangsungkan hidup manusia, sekolah tidak hanya bicara bagaimana memanusiakan manusia tapi sekolah juga harus mampu membawa dan merubah dunia ini Menjadi dunia yang lebih Baik. Untuk itu untuk mewujudkan hak tersebut maka sekolah sudah seharusnya diajarkan bagaimana merubah tatanan ini yang hancur menjadi tatanan yang lebih baik, bukan sekolah yang tidak mencerdaskan anak didik, bukan sekolah untuk mencari keuntungan sehingga yang terjadi adalah tujuan dari pada sekolah itu keluar dari jalur rel yang sudah ditentukan sehingga yang terjadi adalah pembodohan yang terorganisir dalam sekolah.
Sekolah Dewasa ini selalu diajak untuk bisa tunduk dan patuh kepada aturan yang ada tampa diajarkan bagaimana menjadi manusia yang kritis, kritis bukan berarti melawan, kritis adalah menyatakan salah dan memberikan jalan lain yang tentunya dengan logika yang masuk akal. Menyatakan tidak sepakat tampa disertai dengan penjelasan yang ilmiah itu bukan bagian dari pada kritis. Karena banyak sekolah ditemukan membuat aturan yang tidak mengikutkan partisifasi dan keikut sertaan siswa dalam membuat sebiah kebijakan padahal metode yang demikian adalah bagian dari pada pengaburan Demokrasi dalam bernegara. Sehingga yang terjadi budaya BOSAN dan Malas selalu datang menghantui setiap saat ke peserta didik
Tawuran, tradisi bolos, miras, sexs bebas, narkoba adalah bagian dari pada luapan emosi siswa yang sebenarnya tidak terpasilitasinya dalam hal pendidikan. Peserta didik tidak dilihat dari pada bagian yang punya pengetahuan untuk dikembangkan tapi peserta didik dilihat sebagai bayi yang baru lahir yang harus disuap ilmu pengetahuan masuk dalam kepalanya, sehingga yang terjadi adalah sebuah bentuk pendidikan yang tidak akan mampu mengangkat kwalitas pendidikan menjadi lebih baik, karena metode yang diajarkan dalam ini adalah sebuah metode yang sifatnya tidak mendidik dan mencerdaskan. Biarkan lah para peserta didik di ikutkan dalam pengambilan keputusan dalam membuat sebuah kebijakan agar mereka bisa menentukan nasip mereka sendiri dan mereka juga memahami arti pentingnya dari pad sebuah Demokrasi. Karena kulikulum membahas demokrasi tapi metode demokrasi tidak pernah dibumikan disekolah inilah  yang aku sebut dengan sekolah yang tidak kemanusiaan karena sekolah yang seharusnya memberikan gambaran demokrasi tapi mereka juga tidak melaksanakanya seakan-akan demokrasi ini adalah demokrasi yang UTOPIS, sehingga jangan heran dikalau banyak manusia yang tidak percaya dengan teori karena memang kita tidak pernah diajarkan bagaimana membuktikan teori tersebut atau membumikan teori.
Kurikulum yang ada hari ini tidak jauh beda dengan sisi-sisi lain yang sama-sama tidak bisa dijadikan sebagai tonggak kecerdasan bisa dibayangkan dalam peraturan Menteri Pendidikan sekolah harus sudah sampai jam 15 : 00 adalah bagian dari pada bentuk keputusan yang amat keliru karena pemerintah hanya melihat dari pada jumlah jam pelajaran bukan dilihat dari pada kwalitas pengajaran itu banyak negara-negara yang masuk dalam kategori sekolah terbaik di dunia tidak sampai jam 03 sore pendidikanya hal ini disebabkan karena kwalitas mengajar dari guru tersebut benar-benar teruji karena biarpun sampai 24 jam pelajaran kalau memang metode pengajaran yang tidak direnovasi maka sudah dipastikan tidak akan pernah membawa sekolah ini menjadi sekolah yang mampu menjadikan manusia untuk kemanusiaan.
Sekolah yang tidak bervisi kemanusiaan atau ILMIAH  maka akan sangat sulit untuk mencerdaskan peserta didik karena dengan tidak membumikan Ilmu yang didapat maka dalam keseharianya sama halnya pengamalan teori tidak ada klu teori tidak diamalkan maka sama dengan tidak bertindak atas dasar Kemanusiaan. Pendidikan yang ketika hanya dilihat dari pada jumlah atau kwantitas maka akan sangat keliru untuk mengangkat kwalitas pendidikan menjadi pendidikan untuk kemanusiaan, karena kwantitas dan kwalitas harus dilihat sebagai 2 mata koin yang sama bukan berbeda.
 oleh 

Muhammad Jabbar 
(pernah menjadi Ketua.forum komunikasi siswa progresif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar