Minggu, 31 Agustus 2014

Coretan Siswa Progresif




Coretan Siswa Progresif
Ame’ LeftRed 29/08/2014
Kali ini saya mencoba menuangkan secuil cerita tentang kisah kehidupan siswa progresif, mereka di sebut sebagai siswa progresif karena mereka merupakan anggota dari Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP) yahh walau kenyataannya pemikiran dan tindakan dari mereka masih jauh dari sikap keprogresifan yang mereka harapkan sendiri. Namun dengan keyakinan dialektika yang mereka yakini, mereka berharap akan menghasilkan suatu perubahan dan gerak positif dan sesuai syarat pensyaratan menjadi seorang siswa progresif.
Memulai dari kehidupan atau kegiatan-kegiatan ceremonial yang sering mereka lakukan saat berkumpul di istana tercinta atau sekretariat, dengan bermodalkan nekad dan dengan bertujuan mengikat kader-kader baru mereka, kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu menghasilkan akhir seperti yang di harapkan sebelumnya. Tak heran memang jika kegiatan ceremonial yang selalu mereka lakukan, pertama mereka jelas masih berstatus sebagai seorang siswa SMP dan SMA jadi sifat kekanak-kanakan jelas masih terbawa, namun dengan bimbingan dari kawan-kawan KPO PRP atau yang biasa mereka sebut kaum proletariat semoga keprogresifan yang di inginkan dapat mereka jadikan sebagai jati diri sebagai seorang siswa yang bergulat juga pada dunia akademis dan Organisasi. Bukan hal mengherankan jika kegiatan-kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu menyisakan banyak kerinduan, di karenakan kebersamaan yang coba mereka bangun betul-betul teraktualisasikan dalam kehidupan mereka.
Kegitan-kegiatan ceremonial yang biasa mereka lakukan untuk selalu mengaktifkan kader untuk tetap stay di sekretariat seperti misalnya rekreasi, makan-makan, dan ngumpul minum kopi dan bernostalgia mengingat perjuangan-perjuangan yang pernah mereka lakukan. Atau simplenya masyarakat sering menyebutnya dengan istilah “mangngacara”.
Jelas tidak mungkin menjadi seorang siswa yang progresif jika hanya mampu mengadakan kegitan-kegiatan ceremonial semata, maka mereka buktikan atau imbangi dengan kegiatan positif lainnya guna memperkuat idiologi atau intelektualitas serta keterampilan, mereka juga sering mengadakan pelatihan-pelatihan bagi kader dan siswa-siswa yang lain walau bukan anggota FKSP. Seperti misalnya pelatihan membuat Blog, belajar/kursus bahasa korea dan diskusi panel setiap tahunnya dengan mengundang beberapa sekolah yang ada di kota polewali mandar walau kegiatan tersebut sudah menjadi program kerja mereka dalam organisasi. Bukan hanya itu, dengan menjadwalkan 2 hari dalam seminggu mereka berkumpul beradu argument, berdiskusi dalam menyelesikan satu masalah.
Bukanlah siswa progresif jika hanya bergulat di luar sekolah, maka dari itu mereka juga meningkatkan keprogresifannya di lingkungan sekolah mulai dari keaktifan di dalam kelas saat belajar sampai kepada menguasai kepemimpinan siswa di sekolah masing-masing. Seperti keadaan yang terjadi di sekolah yang terletak di Kanang, desa batetangnga, kalau melihat dari sejarah kepemimpinan siswa di sekolah tersebut hampir semua yang pernah menjabat sebagai President siswa semuanya dari Forum Komunikasi Siswa Progresif. Karena dengan TRILOGI atau Belajar berorganisasi dan berjuang yang telah menjadi pedoman mereka selalu membuktikan bahwa mereka benar-benar pantas di sebut sebagai siswa Progresif. Dinamika dalam berorganisasi jelas mereka akan dapatkan, seperti dengan keterbatasan finansial yang kemudian menghambat mereka dalam mengembangkan diri. Namun mereka selalu bisa melewati dengan kesabaran yang teguh dan penuh keyakinan. Bukan siswa progresif namanya jika melewati hari-hari dengan simple dan enteng-enteng saja, justru jika dengan banyaknya masalah yang mereka hadapi, mereka berharap dapat menuai pembelajaran dari masalah tersebut. Dikucilkan, yaaa... itu juga menjadi salah satu masalah yang serius yang selalu mereka hadapi, di kucilkan dalam lingkungan masyarakat bukan karena kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selalu bernilai negatif namun justru adanya ketidak sepahaman dengan para orang tua kami sehingga lahirlah anggapan buruk dan justifikasi yang menjadi paradigma bagi sebahagian masyarakat dalam memandang mereka, namun sekali lagi mereka dengan sigap dan tegar menghadapi semuanya dan selalu mencoba membuktikan bahwa anggapan-anggapan buruk masyarakat itu adalah sebuah kesalahan yang fatal. Namun dengan melihat situasi dan kondisi serta posisi mereka, sungguh seuatu yang lebih salah lagi jika langsung frontal melawan semua itu. Kemudian di kucilkan di sekolah, justru menjadi senjata ampuh bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka tidak seperti yang orang lain pikirkan. Terbukti dengan prestasi-prestasi yang selalu mereka torehkan di dalam maupun diluar sekolah.
Jati diri yang jelas masih remaja, mereka juga selalu memperlihatkan kehidupan-kehidupan romantismenya. Sesuatu hal yang wajar memang. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa romantisme adalah bumbu-bumbu Revolusi. Kisah romantisme atau asmara yang sering menjadi taktik dalam merekrut atau mengorganisir anggota baru juga menjadi secuil cerita mereka dalam berorganisasi. Memacari anggota lain pun tak terelakan sering mereka lakukan. Namun kesalahan ketika hal tersebut mereka budayakan adalah pemikiran yang masih remaja belum mampu menilai kondisi jika harus bermasalah dalam urusan pribadi/asmara mereka juga sering libatkan atau mereka bawa juga dalam persoalan organisasi, misalnya ketika mereka putus hubungan dalam berpacaran, salah satu dari mereka pastinya merasa enggan untuk bergabung lagi di organisasi. Mungkin merasa malu kepada sang mantan atau justru memendam rasa benci karna putusnya hubungan. Kelucuan-kelucuan kisah romantisme mereka juga membawa nilai-nilai kebersamaan, seperti di saat mereka mengalami masalah dalam berpacaran, biasanya mereka diskusikan dalam organisasi. Begitu juga ketika memendam rasa sayang kepada salah satu anggota lain atau orang yang di luar dari pada FKSP selalu mereka bicarakan secara serius namun tetap ada bumbu-bumbu candaan di dalamnya.
Masih banyak cerita dan keseruan yang perlu di tuangkan dalam coretan-coretan kata, namun kali ini saya hanya bisa menungkit dan menceritakan sedikit saja kisah dari sisi kehidupan siswa progresif. Maka dari itu nantikan coretan-coretan selajutnya atau edisi-edisi berikutnya dengan kisah atau cerita yang tak kala menariknya. Tetap semangat saya pesankan kepada mereka siswa progresif semoga dalam menjalani kehidupan dengan belajar berorganisasi dan berjuang dapat menuai perubahan besar seperti yang di impikan bersama, dan tetap menjadikan semua orang Guru, dan alam raya sebagai sekolah.
Terima kasih    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar