Coretan Siswa Progresif
Ame’ LeftRed 29/08/2014
Ame’ LeftRed 29/08/2014
Kali ini saya mencoba menuangkan secuil cerita tentang
kisah kehidupan siswa progresif, mereka di sebut sebagai siswa progresif karena
mereka merupakan anggota dari Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP) yahh
walau kenyataannya pemikiran dan tindakan dari mereka masih jauh dari sikap
keprogresifan yang mereka harapkan sendiri. Namun dengan keyakinan dialektika
yang mereka yakini, mereka berharap akan menghasilkan suatu perubahan dan gerak
positif dan sesuai syarat pensyaratan menjadi seorang siswa progresif.
Memulai dari kehidupan atau kegiatan-kegiatan ceremonial
yang sering mereka lakukan saat berkumpul di istana tercinta atau sekretariat,
dengan bermodalkan nekad dan dengan bertujuan mengikat kader-kader baru mereka,
kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu menghasilkan akhir seperti yang
di harapkan sebelumnya. Tak heran memang jika kegiatan ceremonial yang selalu mereka
lakukan, pertama mereka jelas masih berstatus sebagai seorang siswa SMP dan SMA
jadi sifat kekanak-kanakan jelas masih terbawa, namun dengan bimbingan dari
kawan-kawan KPO PRP atau yang biasa mereka sebut kaum proletariat semoga
keprogresifan yang di inginkan dapat mereka jadikan sebagai jati diri sebagai
seorang siswa yang bergulat juga pada dunia akademis dan Organisasi. Bukan hal
mengherankan jika kegiatan-kegiatan ceremonial yang mereka lakukan selalu
menyisakan banyak kerinduan, di karenakan kebersamaan yang coba mereka bangun
betul-betul teraktualisasikan dalam kehidupan mereka.
Kegitan-kegiatan ceremonial yang biasa mereka lakukan
untuk selalu mengaktifkan kader untuk tetap stay di sekretariat seperti
misalnya rekreasi, makan-makan, dan ngumpul minum kopi dan bernostalgia
mengingat perjuangan-perjuangan yang pernah mereka lakukan. Atau simplenya
masyarakat sering menyebutnya dengan istilah “mangngacara”.
Jelas tidak mungkin menjadi seorang siswa yang progresif
jika hanya mampu mengadakan kegitan-kegiatan ceremonial semata, maka mereka
buktikan atau imbangi dengan kegiatan positif lainnya guna memperkuat idiologi
atau intelektualitas serta keterampilan, mereka juga sering mengadakan
pelatihan-pelatihan bagi kader dan siswa-siswa yang lain walau bukan anggota
FKSP. Seperti misalnya pelatihan membuat Blog, belajar/kursus bahasa korea dan
diskusi panel setiap tahunnya dengan mengundang beberapa sekolah yang ada di
kota polewali mandar walau kegiatan tersebut sudah menjadi program kerja mereka
dalam organisasi. Bukan hanya itu, dengan menjadwalkan 2 hari dalam seminggu
mereka berkumpul beradu argument, berdiskusi dalam menyelesikan satu masalah.
Bukanlah siswa progresif jika hanya bergulat di luar
sekolah, maka dari itu mereka juga meningkatkan keprogresifannya di lingkungan
sekolah mulai dari keaktifan di dalam kelas saat belajar sampai kepada
menguasai kepemimpinan siswa di sekolah masing-masing. Seperti keadaan yang
terjadi di sekolah yang terletak di Kanang, desa batetangnga, kalau melihat
dari sejarah kepemimpinan siswa di sekolah tersebut hampir semua yang pernah
menjabat sebagai President siswa semuanya dari Forum Komunikasi Siswa
Progresif. Karena dengan TRILOGI atau Belajar berorganisasi dan berjuang yang
telah menjadi pedoman mereka selalu membuktikan bahwa mereka benar-benar pantas
di sebut sebagai siswa Progresif. Dinamika dalam berorganisasi jelas mereka
akan dapatkan, seperti dengan keterbatasan finansial yang kemudian menghambat
mereka dalam mengembangkan diri. Namun mereka selalu bisa melewati dengan
kesabaran yang teguh dan penuh keyakinan. Bukan siswa progresif namanya jika
melewati hari-hari dengan simple dan enteng-enteng saja, justru jika dengan
banyaknya masalah yang mereka hadapi, mereka berharap dapat menuai pembelajaran
dari masalah tersebut. Dikucilkan, yaaa... itu juga menjadi salah satu masalah
yang serius yang selalu mereka hadapi, di kucilkan dalam lingkungan masyarakat
bukan karena kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selalu bernilai negatif
namun justru adanya ketidak sepahaman dengan para orang tua kami sehingga
lahirlah anggapan buruk dan justifikasi yang menjadi paradigma bagi sebahagian
masyarakat dalam memandang mereka, namun sekali lagi mereka dengan sigap dan
tegar menghadapi semuanya dan selalu mencoba membuktikan bahwa
anggapan-anggapan buruk masyarakat itu adalah sebuah kesalahan yang fatal.
Namun dengan melihat situasi dan kondisi serta posisi mereka, sungguh seuatu
yang lebih salah lagi jika langsung frontal melawan semua itu. Kemudian di
kucilkan di sekolah, justru menjadi senjata ampuh bagi mereka untuk membuktikan
bahwa mereka tidak seperti yang orang lain pikirkan. Terbukti dengan
prestasi-prestasi yang selalu mereka torehkan di dalam maupun diluar sekolah.
Jati diri yang jelas masih remaja, mereka juga selalu
memperlihatkan kehidupan-kehidupan romantismenya. Sesuatu hal yang wajar
memang. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa romantisme adalah bumbu-bumbu
Revolusi. Kisah romantisme atau asmara yang sering menjadi taktik dalam
merekrut atau mengorganisir anggota baru juga menjadi secuil cerita mereka
dalam berorganisasi. Memacari anggota lain pun tak terelakan sering mereka
lakukan. Namun kesalahan ketika hal tersebut mereka budayakan adalah pemikiran
yang masih remaja belum mampu menilai kondisi jika harus bermasalah dalam
urusan pribadi/asmara mereka juga sering libatkan atau mereka bawa juga dalam
persoalan organisasi, misalnya ketika mereka putus hubungan dalam berpacaran,
salah satu dari mereka pastinya merasa enggan untuk bergabung lagi di
organisasi. Mungkin merasa malu kepada sang mantan atau justru memendam rasa
benci karna putusnya hubungan. Kelucuan-kelucuan kisah romantisme mereka juga
membawa nilai-nilai kebersamaan, seperti di saat mereka mengalami masalah dalam
berpacaran, biasanya mereka diskusikan dalam organisasi. Begitu juga ketika
memendam rasa sayang kepada salah satu anggota lain atau orang yang di luar
dari pada FKSP selalu mereka bicarakan secara serius namun tetap ada
bumbu-bumbu candaan di dalamnya.
Masih banyak cerita dan keseruan yang perlu di tuangkan
dalam coretan-coretan kata, namun kali ini saya hanya bisa menungkit dan menceritakan
sedikit saja kisah dari sisi kehidupan siswa progresif. Maka dari itu nantikan
coretan-coretan selajutnya atau edisi-edisi berikutnya dengan kisah atau cerita
yang tak kala menariknya. Tetap semangat saya pesankan kepada mereka siswa
progresif semoga dalam menjalani kehidupan dengan belajar berorganisasi dan
berjuang dapat menuai perubahan besar seperti yang di impikan bersama, dan
tetap menjadikan semua orang Guru, dan alam raya sebagai sekolah.
Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar